Halaman

Jumat, 18 Maret 2022

Piranti Perkawinan Budaya Jawa

Makna Simbolisasi Piranti Perkawinan dalam Budaya Jawa

Salam Rahayu......

Indonesia adalah hutan simbol yang rimbun, penuh belantara keunikan sekaligus daya tarik yang menggoda.Banyak budaya sebagai bagian dari tradisi asli yang menyimpan filosofi yang tidak ketinggalan zaman.Hutan budaya Indonesia harus kita lihat dengan mata jernih dan kita akan melihat kaya dengan percik -percik falsafah hidup yang khas daerahnya. 


Salah satu dari budaya itu adalah tradisi ritual dalam pernikahan upacara pernikahan Jawa. 

Dalam prosesi pernikahan pada acara temu atau panggih, sang pembawa acara atau pranatacara, telah memberi penjelasan secara wijang (jelas).Namun karena ungkapan yang dilakukan pranatacara itu dalam bahasa Jawa Kawi yang kerap digunakan dalam bahasa pedalangan, justtru menyebabkan banyak orang Jawa yang tidak mengerti maksud yang terkandung di dalamnya.


Memang terkesan sangat naif dan lucu apabila orang Jawa tidak memahami bahasanya. Namun kita juga bisa memakluminya. Penggunaan Bahasa Jawa Kawi ini sangat digunakan dalam hubungan erat dengan tatacara adat.Kekhasan ini pula yang membuat Alquran yang disampaikan dalam Bahasa Arab,namun tidak semua orang Arab bisa memahami Alquran.Diperlukan kajian yang mendalam.Ka acara yang lebih dari yang terlihat jelas makna leksikalnya.


Ketika akan melangsungkan pernikahan ada istilah sang pengantin DIPINGIT selama sepasar atau tujuh hari,biasanya juga NYANTRI.Nyantri ini berasal dari kutipan SANTRI,dan di santri ini adalah penyebutan yang semakna dari SHASTRI artinya orang yang mempelajari sastra.


Sedangkan pengertian sastra menurut dunia klasisme Jawa ilmu pengetahuan tentang alam semesta,tentang baik dan buruk,tentang hukum sebab-akibat dan akhir hayati.Masa-masa me-nyantri itu dilukiskan sebagai masa MENAHAN DIRI,masa PENGEKANGAN HAWA NAFSU, dan MASA PESUCIAN BATIN . 


Setelah pernikahan dipingit sebelum prosesi Panggih biasanya diadakan prosesi siraman.

SIRAMAN DAN SADE DAWET (DODOL DAWET)

Peralatan yang dipaka untuk siraman adalah sekar manca warna yang dimasukkan ke dalam jembangan,kelapa yang dibelah untuk gayung mandi, serta jajan pasar,dan tumpeng robyong. 


Air yang digunakan dalam siraman ini diambil dari tujuh sumber udara,atau tempuran udara. Orang yang menyiram 9 orang sesepuh termasuk ayah.Jumlah sembilan tersebut menurut budaya Keraton Surakarta untuk mengenang keluhuran Wali Sanga, yang bermakna manunggalnya Jawa dan Islam. Selain itu angka sembilan juga bermakna 'babakan hawa sanga' yang harus dikendalikan.(Mekak babagan howo songo sudah pernah saya posting)


Pada saat calon pengantin dibuat cengkorong paes itu,kedua orangtua menjalankan tatacara 'dodol dawet' (menjual dawet).Disamping dawet itu sebagai hidangan,juga diambil makna dari cendol yang berbentuk bundar merupakan lambing kebulatan kehendak orangtua untuk menjodohkan anak.


Bagi orang yang akan membeli dawet tersebut harus membayar dengan 'kreweng' (pecahan genting) bukan dengan uang.Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan manusia berasal dari bumi.Yang melayani pembeli adalah ibu,sedangkan yang menerima pembayaran adalah bapak.Hal ini mengajarkan kepada anak mereka yang akan menikah tentang bagaimana mencari nafkah sebagai suami istri,harus saling membantu.


Banyak nasihat yang terkandung dalam acara prosesi pernikahan adat Jawa.Para pujangga dan leluhur Jawa yang telah menciptakan tradisi atau adat dalam acara pernikahan,tentu telah mengantongi nilai-nilai positif Ilahiyah. Semua itu banyak digunakan secara simbolis dan perlambang.Hal ini tak lepas dari kebiasaan orang Jawa yang tak memberi nasihat secara vulgar.Lebih sering pasemon (metafora, perlambang, simbolik dan sebagainya).


Pada UPACARA PANGGIH,yakni pertemuan mempelai pria dan wanita,dengan diiringi para pengiring masing-masing,sebelumnya masing-masing mempelai telah dibekali dengan daun sirih yang telah digulung untuk kemudian ditampilkan pada pasangannya masing-masing.


Saling MELEMPAR SIRIH,sebagai tanda sudah SINEDHAH SUSURUH artinya sudah sama-sama makan terpanggil oleh undangan suci dari Yang Maha Kuasa untuk dipertemukan dan dipersandingkan dalam suci yakni pernikahan.Daun sirih ini memiliki simbol selaras,serasi dan seimbang.


Pada saat tersebut menyanyikan pranatacara ”GODHONG SURUH LUMAH LUMAH lan KUREBE,YEN GINIGIT PODO RASANE”. Sebenarnya hal ini menyatakan bahwa orang yang berumahtangga diibaratkan sebagai daun sirih.


Dalam bahtera rumah tangga pasangan mempelai selalu seiya-sekata serta memenuhi kewajibannya masing-masing.Suami memberi nafkah dan mandi,termasuk mendidik isteri.Sehingga dia menjadi pemimpin dalam mengurusi anak-anak,mengelola keuangan,menyiapkan makanan dan seterusnya.


UPACARA BASUH KAKI pengantin pria,dimana sebelumnya sang pengantin pria menginjakkan sebutir telur,lambang bertemunya winih/benih itu,yakni terkumpul serta mengkristalnya zat-zat lelaki dan perempuan (bersatunya Sperma dan Ovum), hingga menghasilkan janin dalam GUA GARBA (kandungan).


Kuning telur lambang lelaki,putih telur lambang wanita.Lalu jemari kaki pengantin pria yang belepotan telur dibersihkan,diasuh oleh pengantin wanita,dengan menggunakan AIR HARUM (air yang telah ditaburi bunga).Secara maknawi,sang pengantin putri menyadari, bahwa ia harus memuliakan TAPAK TELAPAK suaminya,sehingga kapanpun dan kapanpun suaminya berada,istri harus menyertainya, juga dalam suka dan duka.


JANUR KUNING menjadi ornamen yang sangat familiar di setiap hajatan pengaten,pernikahan, di berbagai sudut negeri kita.

Makna simbolis yang terkandung dalam janur kuning melengkung yang berada di pintu gerbang sang tuan rumah pengantin.

JANUR,bermakna sejane ning nur(arah menggapai cahaya Ilahi).


Sedangkan,KUNING bermakna sabda dadi,(kun fayaku-Nya Allah SWT) yang dihasilkan dari hati/jiwa yang bening.Dengan demikian,janur kuning persembahan cita-cita mulia dan tinggi untuk menggapai cahaya Ilahi dengan dibarengi hati yang bening.Nampak ketinggian filosofis janur kuning dalam prosesi pernikahan.


Tuwuh berarti tumbuhan, atau tumbuh. biasanya Pasang Tuwuhan ini di laksanakan setelah pemasangan tarub.

Kalau kita mengamati di sebelah kiri-kanan ”Gapura Janur kuning”,terlihat pula tebu, dan pisang raja yang pada dua tiang di depan ruang pertemua resepsi.Itu semua adalah simbolisasi nasehat yang diberikan para pujangga Jawa agar mempelai mempersiapkan masa depan kehidupan secara sungguh-sungguh.


Tebu.

Tebu bisa kita artikan sebagai mantebing kalbu (mantapnya hati atau kalbu). Tanaman tebu yang rasanya manis dan memang sering dipakai sebagai simbol atau lambang dalam acara tradisi Jawa lainnya.Hal ini bisa kita lihat pada acara mitoni (selamatan untuk anak yang berusia 7 bulan).Si anak lalu dipandu untuk menaiki acara anak tangga.


Cengkir (buah kelapa yang masih muda). 

Maknanya adalah kencenging pikir.Dengan berbekal cengkir,sang mempelai diharapkan mampu melewati ujian kritis dalam mempertahankan pernikannya.Sehingga ”Kaya Mimi lan Mituna” yang selalu bersama dalam menghadapi suka dan duka.


Pisang Raja

Maknanya sangat jelas sebagai simbol dari raja.Artinya pernikahan manusia adalah salah satu tahap yang paling penting dari tiga proses perjalanan;kelahiran,perkawinan dan kematian. Diibaratkan dalam resepsi itu,pengantin adalah raja sehari yang disimbolisasikan dengan pisang raja yang ditempatkanm di depan rumah.Mempelai pun didudukkan di singgasana rinengga dengan mengenakan pakaian ala raja dan permaisuri yang penuh aura kewibawaan.


➡Berbagai macam daun seperti daun beringin, daun mojo-koro, daun alang-alang, dadap serep, sebagai simbol kedua pengantin akan hidup aman dan keluarga mereka terlindung dari mara bahaya.


Daun randu dari pari sewuli

Randu sandang,sedangkan pari tanggungan pangan.Sehingga hal itu berarti agar kedua selalu tercukupi sandang dan pangannya.


Kembar mayang adalah dua hiasan yang terbentuk sama(kembar),terbuat dari janur kuning yang sihias dengan berbagai macam susunan buah-buahan,sebagai salah satu syarat utama dalam upacara pernikahan adat jawa.Kedua kembar mayang itu calon mempelai wanita.Kembar mayang juga menyiratkan makna kesamaan calon mempelai berdua,kembar(sama)cinta kasihnya,kesamaan cipta(pikiran),rasa(perasaan),karsa(kehendak).


Dua kembar mayang tersebut Maknanya adalah agar pengantin pria dapat memberikan pengayoman lahir dan batin kepada keluarganya.Sedangkan Kalpandaru, berasal dari kata kalpa yang artinya langgeng dan daru yang berarti wahyu.Maksudnya adalah wahyu kelanggengan,yaitu agar kehidupan rumah tangga dapat abadi selamanya.


Wilujengan Majemukan

Wilujengan Majemukan adalah silahturahmi antara keluarga calon pengantin pria dan wanita yang bermakna kerelaan kedua pihak untuk saling berbesanan.Selanjutnya ibu calon pengantin wanita menyerahkan angsul-angsul atau oleh-oleh makanan berupa untuk dibawa pulang kepada ibu calon pengantin pria.Sesaat sebelum mudik, orang tua calon pengantin wanita memberikan kepada calon pengantin pria.


Bilih wonten kirang langkunge kawulo nyuwun gung e samudra pangaksami dateng kadang kinasih sedanten


Rahayu Sagung Dumadi, mugi-mugi sae manah, atining suci, bening pipikiran


Salam Kopi Ireng☕

Semoga semua makhluk hidup bahagia ️